slide show

Thursday, December 18, 2008

Perempuan (EDITORIAL)

Editorial


Perempuan

Kata kunci daripada bulan Desember adalah hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22. Pada hari tersebut sakral artinya bagi perempuan di seluruh Indonesia. Diantara kita banyak yang tidak tahu persis berasal darimana tanggal tersebut. Inilah pengetahuan terbatas peristiwa hari nasional tentang makna ‘”kemerdekaan” perempuan Indonesia.

Berawal dari sebuah kongres di tahun 1928 saat para pemuda mendeklarasikan suatu Sumpah Kebangsaan, Kenegaraan dan Kebahasaan. Ada yang terselip dan hampir dilupakan sejarahnya: Pergerakan Perempuan. Pergerakan saat itu ditandai oleh sebuah desakan agar perempuan memperjuangkan hak-haknya secara bersama.

Pada tanggal 22 Desember 1938 perempuan Indonesia menyatakan dirinya melalui Kongres Perempuan ke III di Bandung. Isinya adalah pernyataan sikap atas kesadaran permasalahan yang kini (tahun 2008) masih punya relevansi: poligami, perdagangan orang, kekrasan, dan buruh perempuan.

Apa jadinya setelah 70 tahun berlalu? Diskriminasi masih terjadi dimana-mana. Dominasi patriarki sebagai simbol kekuasaan laki-laki terhadap perempuan menyeruak dalam kasus poligami dan kekerasan. Perempuan dengan kontruksi budaya dibatasi ruang geraknya selama bertahun-tahun. Keberadaan pergerakan perempuan kian dipertanyakan, apa sesungguhnya makna pergerakan itu?

Lupakan jika perempuan hanya bisa tersinggung dan tercambuk hatinya menerima kenyataan. Atau jangan pernah bermimpi akan lahir Mother Theresa baru pada zaman sekarang yang dalam hidupnya berani melawan arus. Sadari itu.

Huyogo Gabriel Yohanes Simbolon.

Kantin Harapan Warga Kampus

Kantin Harapan Warga Kampus

Semenjak menempati gedung baru, belum tersedianya kantin di Stikom ditanggapi serius oleh penghuni kampus. Oktrivia (21) misalnya, mahasiswa broadcasting ini mengeaskan kampus harus memiliki kantin. “Selain tempat makan, kantin itu berfungsi sebagai tempat tongkrongan, waktu kampus masih di Lodaya kan tongkrongannya enak, nyaman, dan murah.” Ia berharap kampus segera membangun kantin di dalam kampus.

Tanggapan juga datang dari dosen Stikom. Seperti diungkapkan Pa Ade, dosen sekaligus menjabat program diploma di temui di kantornya Selasa (16/12). Menurut pengakuannya, selama menempati kampus baru di jalan PH. Mustafa ketiadaan kantin di dalam kampus belum menjadi masalah besar. “Saat ini kampus sebaiknya memprioritaskan sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa saja, soal urusan perut kan masih bisa di luar.” Para pedagang di jalan Bekamin justru menurutnya lebih menguntungkan ketimbang di Lodaya. “Jajanan di sini lebih murah,” beliau menambahkan.

Ditemui di tempat terpisah, Rismanto S.pd selaku akademik bidang sarana dan prsarana kampus mengungkapkan keinginan kampus untuk memiliki kantin harus mengikuti prosedural. “Kita memiliki kontrak MOU dengan pihak PT. Pos Indonesia. Perlu dipahami bahwa dalam kontrak bersama PT. POS untuk penambahan bangunan di kawasan kampus perlu dilakukan negosisasi terlebih dahulu. Selain itu pihak yayasan masih memikirkan penambahan bangunan ini. “Jadi, tidak semudah yang kita bayangkan,” tegasnya.

Rismanto yang juga moderator dalam debat mahasiswa RRI mengungkapkan harapannya untuk membangun kantin masih terus dipertimbangkan. “Mahasiswa harus bersabar karena kondisi ini pernah dirasakan bersama. Alangkah baiknya jika suatu saat kesabarn ini akan membuahkan hasil demi kepentingan bersama.” (Huyogo Gabriel Yohanes Simbolon)

Kampus Tanpa Kantin, Bagaimana Rasanya?

Kampus Tanpa Kantin, Bagaimana Rasanya?

Dibawah teriknya matahari puluhan mahasiswa Stikom terlihat nangkring di jalan Bekamin Senin (15/12). Aktivitas mereka beragam, mulai dari membeli makanan, merokok, duduk berdua, bertiga bahkan berkelompok. Menengok ke dalam, kampus Stikom memang tak memiliki fasilitas kantin layaknya kampus pada umumnya. Yoga, mahasiswa Broadcast, menganggap lalu lalang jalan Bekamin setidaknya “mengobati” ketiadaan kantin di dalam kampus. “Para pedagang yang berjejer disini menjual makanan yang terjangkau untuk ukuran mahasiswa,” ujarnya ditemui di salah satu penjual minuman jalan Bekamin.

Lain dengan Clara, mahasiswa jurusan Public Relations 2007 yang ditemui sedang mengantri batagor, menurutnya Stikom harus punya kantin. “Kalo lagi panas gini kan males juga, apalagi sebagian penjual disini punya tempat terbatas menjamu mahasiswa mengingat pembeli lain juga punya hak yang sama. Kalau bisa secepatnya Stikom punya kantin, tegasnya.

Jalanan Bekamin yang dilalui orang dengan beragam aktivitas terkadang bisa jadi “pemandangan” alami bagi mahasiswa Stikom. Wajar saja, orang yang berlalu lalang sebagian besar berasal dari kalangan mahasiswa dari kampus lain. Ini bisa dipahami karena dibelakang kampus terdapat kos-kosan mahasiswa. Bagi Isma (21) yang menjalani hidup anak kos berharap kantin di Stikom bisa terwujud.

Menurutnya, jajanan di Bekamin masih mahal. Perempuan yang asli bertempat tinggal di Cicalengka ini menginginkan kantin seperti di jalan Lodaya. “Di Lodaya kan kita punya kantin dan harganya murah. Apalagi tempatnya strategis karena rindang!”, ungkapnya.

Pantauan GERBANG di jalanan Bekamin terhadap penjual makanan Senin (15/12) relatif murah. Penjual pecel misalnya, dengan harga Rp. 5000-8.000 saja sudah bisa mendapatkan satu porsi. Pilihan lain seperti nasi padang hanya mengeluarkan kocek Rp. 5.500-9.000 sudah bisa menikmati hidangan khas Padang tersebut. Untuk pilihan minuman, pedagang jus buah bisa jadi alternatif dengan harga berkisar Rp. 2.000-4.000 saja. (Huyogo Gabriel Yohanes Simbolon)


Monday, December 8, 2008

Sedikit tentang Fotografi

..ndut· Fotografi Jurnalistik (Journalism Photograpy)

o Fotografi Jurnalistik adalah foto yang khusus menampilkan foto-foto yang mempunyai nilai berita, bisa berupa benda, atau situasi kehidupan manusia yang menarik perhatian umum karena aktualitasnya (news) sebagai berita yang mampu mengungkap kejadian, menjelaskan dan menimbulkan rasa ingin tahu.

(Kamus Fotografi karangan Bram Nejad)

o Menurut pengertian Hick, foto jurnalistik adalah suatu berita yang disajikan dalam bentuk foto atau bisa diistilahkan sebagai suatu kejadian yang ditampilkan dalam “bahasa” gambar.

· Fotografi Pernikahan (Wedding Photograpy)

Fotografi Pernikahan adalah fotografi yang mengkhususkan diri pada pengabdian momen-momen atau peristiwa pernikahan. Untuk menekuninya diperlukan pemahaman teknik fotografi, pencahayaan (lighting) serta adat dan tata cara pernikahan.

(Kamus Fotografi karangan Bram Nejad)

· Fotografi Arsitektur (Architecture Photograpy)

  • Fotografi Arsitektur yaitu cabang fotografi yang mengkhususkan pada objek-objek arsitektur dengan pendekatan dokumenter, seni dan komersial. (Kamus Fotografi karangan Bran Nejad)
  • Fotografi Arsitektur merupakan hasil karya dokumentasi yang dapat menampilkan tidak hanya kepentingan Dokumentasi namun juga estetika dalam hal arsitektural, seni, ekspresi, komunikasi, etika, imajinasi, abstaksi, realita, emosi, harmoni, drama, waktu dan kejujuran serta dimensi yang tersirat.

(Ari Purwanting : arsitek, penulis, dosen dan ibu rumah tangga)

· Fotografi Fashion (Fashion Photograpy)

Fotografi Fashion adalah fotografi yang khusus mengabdikan foto busana dan perlengkapannya. Seorang fotografer fashion harus mampu memadukan busana dengan sang model agar menjadi gambar (foto) yang harmonis.

(Kamus Fotografi karangan Bram Nejad)

· Fotografi Udara (Aerial Photograpy)

  • Fotografi Udara adalah fotografi khusus pemotretan udara. Bisa digunakan untuk keperluan pemetaan, survey atau pengukuran tata ruang dan pertanian.

( Kamus Fotografi karangan Bram Nejad)

  • Fotografi Udara adalah kombinasi antara Wireless Technology, Remote Controlled dan Flying Ballon yang dipadukan dengan kretivitas, pengalaman dan inovasi dalam dunia fotografi menghasilkan jasa pemotretan udara yang mampu mendongkrak kesan, nilai dan arti lebih sebuah properti.

(sumber : www.dynton.com)

· Fotografi Seni (Fine Art Photograpy)

Fotografi seni adalah fotografi yang digunakan khusus untuk mengekspresikan karya seni serperti layaknya kanvas dan kuas.

(Kamus Fotografi karangan Bram Nejad)

by smaLL-t (01.B.070809)

disunting dari anakatang.blogspot.com

Analisis mengenai isi Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945

Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

Isi ayat pasal di atas bermakna bahwa segala sesuatu mengenai sumber daya alam termasuk di dalamnya air beserta kekayaan alam lainnya milik atau berada dalam wilayah teritori NKRI berarti dikuasai, diatur, dikelola, dan didistribusikan oleh negara atau pemerintah dengan segenap lembaga pengelolanya untuk dipergunakan bagi memakmurkan atau mensejahterakan rakyat Indonesia seluruhnya.

Sejauh ini pemerintah Indonesia sendiri berusaha untuk menjalankan kewajibannya sehubungan dengan isi ayat pasal tersebut. Sehingga dibentuklah lembaga-lembaga yang ditugasi untuk mengurusi dan mengelola elemen-elemen alam milik bumi Indonesia. Contohnya saja negara kita memiliki beberapa BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang mengurusi hal-hal tersebut seperti, PAM (Perusahaan Air Minum), Lemigas (Lembaga Minyak dan Gas), Pertamina, PLN (Perusahaan Listrik Negara), dan lain sebagainya. Ini semua menunjukan negara sudah menjalankan kewajibannya sesuai amanah ayat pasal di atas untuk tahap pertama.

Namun setelah terbentuknya lembaga-lembaga tadi tugas pemerintah belum sepennuhnya selesai. Kenyataan yang ada sekarang ini adalah masih banyaknya rakyat yang merasa dirugikan atau kurang diperlakukan dengan adil menyangkut kebutuhannya akan elemen-elemen alam tersebut. Padahal seharusnya setiap rakyat memperoleh hak dalam hal ini kebutuhan akan air bersih, bahan bakar, dan sumber daya alam lainnya. Seharusnya rakyat tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh hal-hal tadi mengingat negara ini sangatlah kaya akan unsur-unsur alam tersebut. Namun, mengapa untuk air bersih saja rakyat harus mengalami kesulitan bahkan harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal? Mengapa harga bahan bakar (bensin, gas, dan minyak tanah) terus naik? Bagaimana dengan tarif listrik? Apakah semua ini mencerminkan negara kita yang “katanya” gemah ripah lohjinawi? Mungkin jawabannya bisa kita lihat dari banyaknya kasus-kasus korupsi para pejabat lembaga-lembaga pengelola urusan-urusan tersebut. Masih banyaknya penyalahgunaan kekuasaaan oleh para petinggi di pemerintahan ini. Seharusnya mereka memperhatikan nasib para pedagang kecil yang kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk keperluan dagangnya karena harga minyak terlalu mahal, para supir angkot yang mengalami kesulitan untuk setoran karena harga bensin yang terus melambung, para petani kecil yang mengalami kesusahan karena biaya produksi untuk panen yang tinggi sementara mereka harus menjual murah hasil panennya untuk bersaing dengan para pengusaha pertanian besar, dan masih banyak lagi permasalahan lainnya yang mnyebabkan pula kesulitan di pihak para konsumen. Akhirnya perekonomian Indonesia menjadi terpuruk sampai detik ini.

Namun kita sebagai masyarakat bukan berarti kita selalu menyalahkan “pihak atas” saja. Kita semua harus bercermin pada diri kita masing-masing. Karena segala sesuatu harus dimulai sejak dini, dari bawah, dan mulai dari hal yang kecil. Agar Indonesia dapat terlepas dari belenggu kemiskinan yang sudah berlarut-larut ini.

by anakatang

disunting dari anakatang.blogspot.com

Sekilas Tentang Poligami

Pengertian Poligami dalam Antropologi Sosial, Poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan) sekaligus pada suatu saat.

MANFAAT POLIGAMI :

1. Melatih Sabar

Setelah bertahun-tahun setia menemani suami, sejak nol sampai sekarang jadi orang, kaya raya dan dihormati, eh, sekarang tiba-tiba harus rela dipoligami, harus mau berbagi dengan wanita lain!?! Kecewa, marah, luka hati itu manusiawi. Tapi jangan larut, ini adalah kesempatan emas untuk menjadikannya sebagai ladang amal tempat melatih kesabaran. Mengendalikan nafsu itu sangatlah sulit, konon bahkan lebih sulit dari perang Badr-nya Sang Rasul dulu. Sudah pasti pahalanya juga tidak sembarangan dong.

2. Melatih Ikhlas dalam Berbagi

Betapa serakahnya kita, bila kebahagiaan hanya dinikmati seorang diri. Begitu juga dengan penis suami. Berbagi kenikmatan dengan penuh keikhlasan tentu mendapat nilai spesial di mata Allah SWT.

3. Membuat diri lebih mencintai Allah SWT

Dengan merelakan suami menambah istri, wanita akan lebih sadar, siapa yang seharusnya lebih dicintai. Suami yang hanya untuk di dunia, atau Alloh yang akan memberinya kebahagiaan kekal di surga kelak? Sudah sepantasnya istri lebih mencintai Allah SWT dari apapun di dunia ini.

4. Melatih Hidup Sehat dan Bersih

Hubungan sex dengan multi pasangan harus dilakukan dengan hati-hati. Karena berpindahnya penis antar vagina berpotensi menularkan penyakit ke vagina semua istri. Penyakit dari satu kelamin bisa dengan mudah menulari kelamin-kelamin yang lain. Kesadaran akan hal ini, mau tidak mau akan memaksa suami dan semua istrinya untuk selalu saling menjaga kesehatan. Karena kebersihan adalah sebagian dari iman, menjaganya sudah pasti dapat pahala juga dong.

5. Melatih diri untuk selalu meningkatkan kualitas.

Dengan poligami, setiap istri akan termotivasi untuk selalu menjaga kualitas diri, bila kualitas dirinya buruk, maka sang suami akan cenderung menghindar, dan cenderung mendekat ke istri yang lain. Atau lebih parah, bila quota-nya belum habis, mungkin malah memutuskan untuk menambah istri lagi. Tapi ini persaingan positif. Memperbaiki diri juga berarti pahala lagi.

6. Melatih untuk tidak dengki

Berbagi suami, bagi seorang istri yang pendengki akan membuatnya selalu makan hati, depresi, mungkin juga tekanan darah tinggi. Selain itu, istri yang pendengki cenderung lebih cepat keriput, akhirnya tak lagi seksi, aura yang dipancarkan pun bikin orang menyingkir pergi. Dan suami tercinta pasti beralih ke lain hati. Poligami akan mendorong para istri untuk tidak lagi jadi pendengki. Lagi-lagi, ini berarti pahala.

Dalam hal poligami, Asy-Syaikh Ahmad Syakir seorang ulama salaf mesir dan pakar hadist dan juga beberapa ulama salaf lainnya berpendapat bahwa:

“ Yang pertama kali dilakukan oleh manusia-manusia anti poligami ini adalah berlagak prihatin dengan keutuhan keluarga, terutama anak-anak. Mereka menuduh poligami sebagai penyebab meningkatnya jumlah anak-anak terlantar, terlebih lagi kondisi kebanyakan kaum bapak yang pas-pasan, kemudian menikahi lebih dari seorang istri. Mereka adalah para pendusta, bahkan sensus yang mereka buat yang mendustakan mereka sendiri. Lantas mereka ingin menetapkan undang-undang yang mengharamkan poligami bagi laki-laki yang fakir, dan mengidzinkan hanya kepada laki-laki yang kaya dan berkecukupan. Ini adalah keburukan di antara sederet keburukan yang lainnya yaitu menjadikan syariat Islam yang mulia ini terbatas bagi orang-orang kaya. Kemudian ketika upaya yang mereka lakukan tidak mendapat sambutan, mereka beranjak kepada langkah berikutnya, yaitu mempermainkan ayat-ayat Al-Qur’an tentang poligami. Mereka berdusta bahwa bolehnya poligami bersyarat, yaitu syaratnya adil.

Mereka mengambil QS. An-Nisa : 3 yang artinya : “…..Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja”. Mereka campakkan firman Allah di awal ayat QS. An-Nisa : 3 yang artinya : “Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka kawinilah perempuan-perempuan yang kamu sukai, dua, tiga, atau empat….”

Jadi, sebenarnya pada ayat ini tidak ada yang menjelaskan bahwa syarat poligami adalah berlaku adil. Karena jika kita simak dengan cermat, kedua-duanya memiliki sebuah frase yang sama yaitu “jika kamu takut tidak dapat berlaku adil”.

Selain membubuhi dengan syarat adil, mereka juga mengabarkan bahwa berbuat adil adalah MUSTAHIL. Ini yang menjadi sandaran haramnya poligami menurut mereka akibat pendalilan sempit yang mereka lakukan, berdalil dengan sebagian ayat dan meninggalkan sebagian lainnya.

Dalil mereka adalah firman Allah Swt “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri- isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian” (Qs. An-Nisaa : 129) dan mereka campakkan firman-Nya yang berbunyi, “karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung” (Qs. An-Nisaa : 129).

Keadaan mereka seperti orang-orang yang beriman dengan sebagian Al-Kitab dan meninggalkan sebagian yang lain “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (itu adalah) kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka azab yang pedih. (QS. 16: 116-117) ”

AGAMA SELAIN ISLAM YANG MEMPERBOLEHKAN POLIGAMI :

  1. Hindu

Baik poligami maupun poliandri dilakukan oleh sekalangan masyarakat Hindu pada zaman dulu. Hinduisme tidak melarang maupun menyarankan poligami. Pada prakteknya dalam sejarah, hanya Raja dan Kasta tertentu yang melakukan poligami.

  1. Yudaisme

Terdapat dalam kitab-kitab Kuna Agama Yahudi yang memperbolehkan poligami.

  1. Kristen

Terdapat beberapa gereja memperbolehkan poligami berdasarkan kitab-kitab kuna agama Yahudi

  1. Mormonisme

Penganut Mormonisme pimpinan Joseph Smith di Amerika Serikat sejak tahun 1840-an hingga sekarang mempraktikkan, bahkan hampir mewajibkan poligami. Tahun 1882 penganut Mormon memprotes keras undang-undang anti-poligami yang dibuat pemerintah Amerika Serikat. Namun praktik ini resmi dihapuskan ketika Utah memilih untuk bergabung dengan Amerika Serikat. Sejumlah gerakan sempalan Mormon sampai kini masih mempraktekkan poligami.

Di Indonesia terdapat hukum yang mengatur tentang poligami yaitu, UU No. 7 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 3 ayat 2 yang menyatakan : Pengadilan dapat memberi ijin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Artinya seorang suami boleh memiliki istri lebih dari seorang.

by smaLL-t 01.B.070804

disunting dari anakatang.blogspot.com

Friday, December 5, 2008

Febi : teman, mantan saudara

Proses Wawancara

Hari itu Selasa, 3 Juni 2008 saya beserta seorang teman bernama Fery sepakat untuk menentukan bertemu dengan warga negara asing. Saat itu tepat seminggu menjelang deadline tugas kelompok Komunikasi Lintas Budaya (KLB) oleh seorang dosen bernama Ibu Ira. Berhubung seminggu lalu terhitung sejak tanggal 21 – 25 Mei tugas KLB sengaja saya tunda pengerjaannya karena harus mengikuti Msyawarah Nasional IMIKI (Ikatan Mahasiswa Komunikasi) di Malang. Hehehe...

Untuk mendapatkan (mencari tepatnya...) seorang warga asing ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Buktinya, kami baru bisa melakukan wawancara seminggu sebelum tugasnya dikumpulkan. Usaha untuk mencari sebenarnya ada, seperti menanyakan pada teman yang memiliki teman warga negara asing. Waktu itu teman saya Hadi, yang juga mahasiswa Unpad memberikan bantuan dengan mengirim SMS. Warga negara asing tersebut namanya Ciketso berasal dari negeri Jepang. “Setelah diberikan contact number mahasiswa dari Jepang tersebut seolah memberikan jalan”, pikir saya”. Namun, setelah beberapa kali dihubungi nomor itu error atau sering terdengar suara “telepon yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan...”.

Kecewa? Iya juga sich. Usaha lain dicoba dengan mendengarkan saran dari beberapa teman: “dateng aja ke lembaga bahasa, coba cari di UPT bahasa Unpad, kenapa ngga cari ke mall?kita aja dapetnya disana”. Untuk saran yang terakhir perlu berpikir tujuh kali. Macam betul aja nungguin bule di mall dengan situasi tidak saling kenal. Kalaupun kenal, mau pake bahasa apa? Membaca saja sulit. Hehehe...

Beruntung. Iya, makna dari kata itu yang pantas untuk menggambarkan pertemuan saya, fery, dan satu lagi “teman baru” Celio Pezio Brites. Seorang mahasiswa yang berasal dari mantan saudara negara kita, Timor Leste. Awalnya kami tidak secara sengaja bertemu di kampus bernama UNIKOM (Universitas Komputer) Indonesia. Saya dan Fery berangkat dari kampus sekitar pukul 2 siang. Tujuan mencari warga asing mulanya ke CCF (sebuah gedung kegiatan orang-orang prancis) di jalan Purnawarman. Tanpa persiapan dan bermodalkan nekad kami mendatangi gedung itu. Hasilnya, kita diperintahkan untuk membawa surat penugasan dan kalaupun melakukan wawancara harus bisa berbahasa Perancis karena nara sumber yang kami maksud hanya bisa menggunakan bahasa tersebut. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan meninggalkan CCF. Beberapa tempat sempat kami kunjungi seperti kampus Ekstensi sastar di jalan Dago Pojok dan UPT Bahasa Unpad. “Mahasiswanya sedang libur dan artinya nihil untuk mendapatkan wawancara dengan warga negara asing”.

Barulah nasib keberuntungan menaungi kami (saya dan Fery). Setelah ‘berkeliaran’ sejak pukul 2 siang kami sengaja melewati kampus bernama Unikom tadi. Fery, teman saya itu ternyata pernah berkuliah disana sebelum pindah ke Stikom. Mau tau apa yang terjadi?

Fery ternyata sedang berbincang dengan teman-teman sekampusnya dulu. Uniknya, dia berkenalan dengan Celio Pezio Brites yang akrab disapa Febi. Fery bermaksud menanyakan mahasiswa yang berasal dari Timor Leste karena sewaktu kuliah dulu ia punya kenalan mahasiswa dari sana. Lantas Febi yang ternyata mahasiswa dari Timor itu memberikan nomor hape temannya bernama Helder, mahasiswa jurusan Hubungan Internasional.

Semula kami tak mengira kalau Febi sendiri mahasiswa dari Timor Leste! Hahahahaha...

Teman-teman Febi yang kebetulan saat itu sedang nongkrong mulai menertawakan kami. Bukan merasa tertipu, tapi memang kami yang tidak mau bertanyaJ. “Si Febi teh urang ditu atuuuhh jang,” ( Febi itu orang Timor maksudnya) ujar teman bernama darso. Lantas saya dan Fery berpikir: Kenapa ngga bilang dari tadi?

Saat ditanya seperti itu Feby pun hanya tersenyum. Menurut pengakuannnya dia hanya menginformasikan temannya yang bernama Helder. Meski bukan nggak mau di wawancara Febi ngerasa jawaban atas pertanyaan kami nanti kurang memuaskan. Halahhhh...orang kita bukan mau ngegigit dan pertanyaaannya juga mudah koq. Ya sudah, kita ngobrol dimana? “Di warung kopi saja”. Berikut hasil wawancaranya...


Nah, itu wawancara dengan Febi di Warung Kopi. Ngeceng yang manaa sekarang??

Wawancara yang santai...


Draft wawancara serta jawaban nara sumber:

Sejak kapan sudah datang ke Indonesia serta apakah alasannya?

Sejak tahun 2005 saya sudah kuliah di Bandung dan menetap disini. Tapi, pada tahun 1999 saya pernah berkunjung ke Jakarta dan pada tahun 2004 pergi berlibur ke Bali. Tetapi saya cenderung pergi ke wilayah NTT, karena daerah tersebut merupakan batas terdekat dengan Indonesia yaitu kota Kupang. Selain karena jika pulang ke Timor Leste saya harus mampir di kota itu.

Mengapa harus berkuliah ke Bandung (Indonesia)?

Awalnya saya dapat informasi dari seorang sepupu yang sedang berkuliah di Bandung. Ketika itu saya masih duduk di bangku SMA. “Mendengar kabar itu saya langsung tertarik, karena di sana (Timor Leste) masih belum aman”. “Di Timor sering terjadi konflik, bahkan konflik yang terjadi menurut saya tidak jelas apa keuntungannya”. Fasilitas perkuliahan di Indonesia lebih baik ketimbang di negara kami, bahkan gedung-gedung di negara kami masih belum tertata dengan baik. Kalaupun ada cepat di rusak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Iklim di sini lebih nyaman, salah satu faktor yang membuat saya memilih kuliah di Bandung.

Lantas, bagaimana dengan perempuannya?hehe..

Hahaha..saya rasa semua juga tahu rahasia umum tersebut. Memang sudah terkenal cantik-cantik dan ramah.

Boleh diceritakan bagaimana sich negara Timor-Timor eh..maap, Timor Leste itu?

Kalau diceritakan bisa sampe berbusa, tapi ringkasnya begini...

Negara kita sebenarnya merupakan multikultur, terdiri dari berbagai unsur. Sejarahnya Portugis dulu datang ke NTT kemudian baru datang ke wilayah yang dulu bernama Timor-Timur. Singkatnya Portugis yang terkenal dengan misi 3 G (Gold, Glory, Gospel) kalau tidak salah urutannya Hehe... menguasai kami selama beberapa tahun yang kemudian muncul para penjajah baru. Beberapa peninggalannya sampai saat ini cukup banyak, kota Dili misalnya. Kota ini dulunya aman bahkan sebelum perang saudara maupun konflik antar kepentingan yang sampai saat ini sering terjadi. Bagi saya konflik disana sangat tidak membawa keuntungan, beberapa konflik yang terjadi sebetulnya berasal dari perebutan kekuasaan. Kekusaan sangat vital bagi orang yang ingin berkuasa, karenanya beberapa peristiwa yang merenggut nyawa orang tersebut disebabkan oleh tindakan provokasi. Provokasi tersebut meluas hingga terjadi gap. Mungkin bisa di sebut dan kalau anda berkesempatan ke sana pasti akan mengenal istilah kelompok Barat dan kelompok Timur.

Lantas, apakah makna kemerdekaan yang kamu tangkap dengan diakuinya Timor Leste sebagai sebuah negara?

Tepatnya pada tanggal 20 Mei 1999 negara kami merdeka, saat itu di Indonesia masih di pimpin pak Habibie. Mantan presiden tersebut memberikan kesempatan pada Timor-Timor (nama negara sebelum merdeka) yang mayoritas memluk agama Khatolik untuk melakukan pemilihan dan menentukkan dirinya sebagai negara yang utuh. Jelasnya, saat itu kerusuhan di negara kami tidak dapat terelakkan lagi. Mungkin anda ingat dengan tragedi di Atambua atau penyerangan brutal di Dili?

Saya sendiri tidak mengerti dan tidak menyukai situasi di Timor. Setiap setahun sekali saya selalu pulang kampung. Tapi masih ada status darurat sampai sekarang ini. Beberapa hal memang sudah mendingan namun tidak semerta dengan makna merdeka. Kalau saya berpendapat, Timor terlalu tergesa-gesa untuk memerdekakan diri. Alangkah baiknya jika program pemerintah Indonesia seperti otonomi daerah dilaksanakan terlebih dahulu. Setidaknya itu memberikan pelajaran bagi negara kami sebelum melangkah menjadi sebuah negara yang diakui.

Kembali ke pertanyaan yang berhubungan dengan tugas kami. Setelah sesampainya di Bandung (Indonesia), bagaimana perasaan anda?

Singkatnya sama saja alias tidak begitu berbeda dengan bayangan saya. Di sini kondisinya nyaman dan aman selain orangnya juga ramah. Di Bandung sendiri cukup banyak mahasiswa dari Timor, jadi kamipun sering mengadakan perkumpulan. Teman-teman asli Indonesia pun banyak membantu saya.

Pernahkan mengalami kesulitan ketika atau sudah tinggal di Bandung?

Pengalaman menariknya sewaktu ikut Ospekan. Waktu itu tidak ada yang menyangka jika saya orang Timor Leste bahkan teman-teman yang baru berbincang dengan bahasa sunda. Meski bahasa nasional kami bahasa Portugis dan mata uangnya Dollar Amerika tidak membuat saya terlalu grogi karena kami juga pernah merasakan sebagai warga negara Indonesia.

Namun ada satu hal yang membuat saya trauma. Tentara!

Saya trauma karena pada saat SMP sewaktu masih di Timor pernah diburu oleh tentara. Mungkin penyebabnya karena ayah saya seorang politik leader juga. Ayah saya terkena tembakan di bahunya sedangkan saya bersama Om berhasil menghindari penembakan itu. SAMPAI SAAT INI SAYA MASIH HAFAL JELAS WAJAH TENTARA YANG BERNIAT MENEMBAK KAMI. Jika saya melintas di jalan dan tiba-tiba ada tentara, saya selalu menghindar sebisa mungkin. Sampai saat ini.

Pertanyaannya sedikit pribadi: apa yang membuat kamu memilih kuliah di jurusan jurnalistik?

Ayah saya sekarang sebagai dokter umum di sebuah Rumah Sakit nasional di Timor Leste. Sebenarnya saya dianjurkan untuk mengikuti jejak beliau. Tetapi apa daya, pelajarannya sulit dan butuh waktu yang lama. Sempat bertentangan juga sich, tapi jurusan ini setidaknya sesuai dengan keinginan saya.

Meskipun jadi wartawan misalnya, kan sedikit gajinya tuh!hehe..

Mungkin ada benarnya. Tapi saya melihat dari sisi lain, sisi dimana latar belakang kehidupan saya di Timor. Beberapa pemberitaan untuk publik sangat tidak berimbang, berpihak pada satu kutub kekuasaan, dan tidak dengan sesuai dengan kaidah jurnalisme sebagai “orang penengah”. Meskipun misi yang berat serta bertentangan dengan keinginan orang tua, jurnalistik mungkin dapat memberi pencerahan natinya ketika saya kembali ke tanah air Timor tentunya.

Untuk mengurus kewarganegaraan seperti apa yang harus dilakukan?

Setiap bulan sekali saya harus mengurus visa study sedangkan paspor kewarganegaraan dilakukan pendataan setahun sekali di kantor ketransmigrasian penduduk. Itu langkah formal yang wajar diterapkan dalam suatu negara. Informalnya, setiap sebulan sekali saya mendapat kiriman dari orang tua sekitar 1 juta rupiah. Itu hanya untuk keperluan hidup sedangkan biaya pendidikan dan kostan lain lagi, rahasia ah..

Jika tidak mendapat kiriman saya biasa meminjam dari teman-teman, terutama teman yang berasal dari Timor Leste.

Pertanyaan terakhir, jika memilih kerja dimana? Indonesia atau Timor? Dan kalau disuruh memilih jadi warga negara mana?hehehe...

“Jahil juga ini pertanyaan”. Kalau di bandingkan jelas banyak kelebihan tinggal di Indonesia khususnya di bandung. Bisa dibilang saya sudah betah dan punya keinginan untuk menetap lebih lama disini. Untuk melamar pekerjaan pun begitu. Pekerjaan di sini lebih menjanjikan dengan fasilitas yang bagus. Tapi urusannya akan lain dengan status kewarganegaraan saya. Perlu pertimbangan moral dan tidak mudah untuk mengurus segala ‘atribut’ yang dipenuhi untuk menjadi warga negara Indonesia. Mudah-mudahan saja...

Tapi, dalam hati kecil saya berkata suatu hari saya kembali ke Timor Leste. Bagaimanapun situasinya Timor Leste tetap tanah kelahiran saya. Ilmu yang saya pelajari ingin saya bawa pulang sebagai bekal untuk memajukan negeri kami.

Ada salam perpisahan?

Fic a sim bom trabalho.

Artinya apaan tuch...?

Itu bahasa Portugis. Artinya Sampai disini saja.

Adeus Amigos.

Nah, itu apa lagi terjemahannya...?

Selamat bekerja, Semoga sukses.

Nama:huyogo
S1 Jurnalistik 2006
email & Fs: hugorepeat@yahoo.co.id

sekedar berbagi...

sekedar berbagi ilmu...
bagi kalian yang ingin mempercepat koneksi internet, kalian bisa mengikuti trik dibawah ini, emang udah basi sih...
untuk para ahli jangan mungkin ini tak berguna, maklum saya hanya newbie...

pada Internet Explorer : (pertama)
Pilih menu Tools – Options
klik tab Connections,
klik tombol LAN Settings,
enable “use a proxy server”, lalu klik Advanced,
pada bagian kolom Sock isikan Localhost dan port isi dengan 9999
pada bagian exceptions
(Do not use proxy server for address begining with:)
isi dengan 127.0.0.1;192.168.1.1/16
lalu klik ok

pada Firefox : (pertama)
Pilih menu Edit – Preferences,
klik icon Advanced,
klik tab Network,
klik tombol Settings,
klik manual proxy configuration
pada bagian kolom Sock host isikan Localhost dan port isi dengan 9999
pada bagian no proxy for isi dengan localhost,127.0.0.1;192.168.1.1/16
lalu klik ok

selanjutnya..
bagi pengguna Mozilla Firefox anda dapat mengetikkan “about:config” pada address bar, setelah itu ubah “network.http.pipelining” dan “network.http.proxy pipelining” menjadi “true”, serta isi “network.http.pipelining.maxrequests” antara 30–100 (gede lebih bagus). Yang terakhir klik kanan dimana saja dan pilih New->Integer , tuliskan “nglayout.initialpaint.delay” lalu isi dengan 0.

bagi pengguna Internet Explorer, anda dapat memilih menu Tools, kemudian klik Internet Option. selanjutnya pilih tab General dan pada kolom “Temporary Internet files” klik Settings dan geser posisi slider-nya pada kolom Temporary Internet files folder. Hal ini akan memperbesar cache atau lokasi penyimpanan situs-situs yang anda pernah buka. Sebaliknya isilah dengan nilai minimal 5 person dari kapasitas harddisk Anda.

sepertinya cukup sekian salam dan terima kasih

untuk saran kritik pujian makian serta hadiah dan pajak atau apapun...
kirim aja liwat e-mail ke mamang_rhae@plasa.com
by smaLL-t (01.B.070804)
disunting dari anakatang.blogspot.com

Resensi : Kisah Para Diktator

Judul buku : Kisah Para Diktator
Penulis : Jules Archer
Penerbit : Narasi, Yogyakarta 2005
Tebal buku : 195 halaman

Ketika kediktatoran menjadi kenyataan, maka revolusi menjadi kebenaran (Anonymous). Bangsa yang memilih sendiri pemimpinnya atas nama demokrasi, beberapa kali marampas kemerdekaan rakyat. Kediktatoran bukan semata-mata warisan sistem feodal masa lampau. Dalam pengertian sederhana diktator bisa diartikan penguasa yang mencari dan mendapatkan kekuasaan mutlak pemerintahan tanpa (biasanya) memperhatikan keinginan rakyatnya. Kekuasaan diktator yang tanpa kontrol, lebih memungkinkan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power), yang akibatnya lebih memprihatinkan daripada sekedar ketidakefesienan waktu. Dengan kekuasan hidup mati di tanganny, peran seorang diktator adalah sebagai pejabat tertinggi, hakim agung sekaligus seorang panglima.
Buku ini memaparkan kisah-kisah para diktator di abad 20-an, bagaimana mereka meraih kekuasaan, cara yang dipakai mempertahankan kekuasaan, serta cara-cara yang dipilih di senjakala kekuasaan mereka. Buku ini sangat baik bagi kita dalam belajar memilih pemimpin secara demokrtis dengan mencermati pengalaman rakyat di berbagai penjuru dunia dalam berurusan dengan kekuasaan yang tirani (mutlak).

by smaLL-t (01.B.070804)

Resensi : Hip-Hop Perlawanan dari Ghetto

Judul Buku : Hip-Hop Perlawanan dari Ghetto
Penulis : Afrika Bambaataa & His Brothas
Penerbit : Alinea, Yogyakarta 2005
Tebal Buku : 240 halaman


Afrika Bambaataa lahir dengan nama Kevin Donovan pada 10 April 1960 di South Bronx, New York. Selama lebih dari 30 tahun, Bambaataa telah membuktikan keberhasilannya melakukan revolusi hip-hop. Dia juga sangat mempengaruhi scene electric/dance dan membantu penuh kultur yang kian maju dewasa ini. Selama tahun-tahun awal, Bam memainkan alat musik terompet dan piano. Dia lalu menjadi pemimpin salah satu geng yang paling dutakuti di New York yaitu Black Spades. Pada 1976, dia mulai memperluas ketertarikannya pada musik, dari rock hingga R&B, dari mainstream hingga underground. Afrika Bambaataa menjadi DJ terkenal di Bronx pada 1977.
“Hip-hop bermakna seluruh kultur gerakan. Ketika kamu bicara soal rap, maka rap adalah bagian dari kultur hip-hop. Rap adalah MC-ing. DJ-ing adalah bagian dari kultur hip-hop. Breakdancing, b-boys, b-girls, caramu bertindak, berjalan, berpenampilan, dan berbicara semuanya adalah bagian dari kultur hip-hop. Musik hip-hop dibuat dari musik orang-orang kulit hitam, coklat, kuning, merah, putih.musiknya dibuat dari musik apa pun yang memberimu semangat” itulah yang definisi dari hiphop yang dikatakan Afrika Bambaataa. Hip-hop...unsur kimia yang berasal dari Jamaika. Itulah definisi yang dikatakan Kool DJ Herc seorang DJ yang berasal dari Jamaika. Davey D seorang sejarawan hip-hop, wartawan, DJ dan aktivis soasial mengatakan “hip-hop itu adalah bentuk seni yang mencakup DJ-ing (cuttin’ and scratchin’), MC-ing atau rappin’, breakdancing, dan seni graffiti”. Seperti yang kita ketahui saat ini bahwa scene hip-hop berasal dari South Bronx, NeW York pada sekitar pertengahan 1970-an. Hip-hop sama dengan kultur gerakan. Unsur-unsur dalam kultur hip-hop adalah rap (MC-ing), DJ-ing, breakin’, dan graffiti yang saat ini dikenal dengan sebutan 4 elemen hip-hop.
Buku ini memiliki banyak definisi tentang kultur musik hip-hop. Didalamnya dibahas tentang asal mula hip-hop muncul, apa saja yan menjadi kultur hip-hop, sejarah munculnya graffiti dan breakin’ yan kemudian menjadi bagian dari kultur hip-hop. Buku ini sangat baik dibaca oleh siapa saja, anak-anak, remaja, orang tua, meraka yang berkeinginan untuk berkecimpung di dunia hip-hop. Buku ini juga sekaligus mengahapus pandangan orang-orang yang mengatakan bahwa hip-hop itu salah satu musik yang berkelas, hanya untuk borjuis, dan mereka yang bergerak di dalamnya harus memiliki bling-bling (kalung, cincin, anting atau aksesoris tubuh lainnya yang berkilau dari intan permata, emas atau apa pun yang bernilai tingi). Buku ini juga memberikan gambaran pada mereka yang mendiskriminasikan atau memandang sebalah mata genre musik ini agar menjadi musisi yang bisa bersahabat.

by smaLL-t (01.B.070804)

disunting dari anakatang.blogspot.com

Thursday, December 4, 2008

Pengembangan Pers Mahasiswa menjadi ‘Grassroot Journalism’

Berawal dari Workshop Peningkatan Kemampuan Manajemen dan Teknis Pengelola Media Kampus di Malang pada 21 Mei lalu, membawa angin segar bagi keanggotaan IMIKI (Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia). Tidak terkecuali bagi kampus Stikom Bandung yang turut menghadiri acara tersebut melalui pendelegasian kampus. Perlu dicermati bahwa pendelegasian ini bukan semata kunjungan seperti yang dilakukan ‘pejabat’ eksekutif maupun legislatif di lingkungan kampus yang banyak meniru pada pola oknum pejabat di lingkungan negara.

Singkat kata inilah oleh-oleh yang saya dapatkan dan diupayakan ada bentuk nyata bagi kampus Stikom Bandung. Rumusan dalam workshop tersebut akhirnya memicu adanya gebrakan baru khususnya bidang Pers Mahasiswa yang kian hari hilang keberadaannya, contohnya “punggawa Gerbang yang hilang”. Tersinggung? Itu ungkapan yang rasanya tak berlebihan mengingat Gerbang pernah menapaki karir sebagai “PERS KAMPUS YANG SEBENARNYA” di antara sederet pers kampus lain di Bandung. Tidak salah jika mengenang saat-saat kejayaan Gerbang dimana kampus saat itu masih di jalan Wartawan atau Lodaya (mungkin bagi sebagian punggawa Gerbang yang saat ini sudah bekerja merasakan hal ini) – namun demikian perlu motivasi baru untuk menunjukkan rupa pers mahasiswa yang dinamis saat ini.

Henri Subiakto (stak Menkominfo) yang menjadi pemateri dalam acara workshop mengungkapkan bahwa “pers mahasiswa terlalu kuno dan segeralah berubah”. Pers yang dimaksud adalah pers komunitas kampus. “Perkembangan media dan teknologi telah memunculkan pergeseran pengertian wartawan,” ungkap Henri. Pernyataan tersebut menimbulkan tanda tanya besar seperti apa wajah reportase saat ini?

Jawabannya ada pada Grassroots Journalism yang artinya setiap warga bisa melaporkan peristiwa kepada media. Istilah lainnya adalah citizen pasticipatory atau open source journalism. Alasan terbentuknya Grassroots Journalism antara lain karena:

- media tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat

- banyak persoalan masyarakat, persoalan publik, persoalan lokal, tidak terakomodasi dalam media utama

- berita tidak harus selalu memiliki skala dunia atau nasional, cukup dengan kejadian di sekitar kita, komunitas kita, tetangga kita, juga merupakan berita yang menarik

- banyak berita tidak tercover media, tapi mampu dikabarkan dengan baik oleh warga yang kebetulan berada di tempat itu

Bagi mahasiswa komunikasi, peran Grassroots Jornalism di lingkungan kampus mampu membangkitkan moril kesederhanaan yang selama ini kurang dipahami. Artinya, di sekitar kampus banyak peristiwa yang bisa di informasikan pada masyarakat kampus. Lantas, bagaimana dengan media nya? Saat ini pers mahasiswa selalu kelimpungan mencari pendanaan cetak (lembaga ogah-ogahan membiayai atau tidak ada sumber dari iklan). Padahal banyak space/ruang terbuka seperti mading, traktat bahkan yang berkembang saat ini blog melalui media internet.

Akan tetapi Grassroots Journalism tidak akan pernah berkembang jika tidak dimulai dengan perubahan. Mahasiswa saat ini sering dilontarkan dengan kalimat-kalimat peyoratif. Celaan bermunculan jika mahasiswa hanya mampu KKN (Kuliah, Kumpul, Nongkrong) di sisi lain celaan bahwa mahasiswa hanya pintar bikin rusuh saat demonstrasi. Saat celaan tersebut muncul justru mahasiswa yang lain mengamini sebagian pernyataan yang kebanyakan tercover media konvensional (umum). Hampir tidak ada media yang mampu menandingi bahwa ada mahasiswa di kampus dengan prestasi juara olimpiade atau tuntutan mahasiswa berdemonstrasi dikarenakan kebijakan yang timpang. Berita yang dianggap sepele di kampus, misalkan kenaikan harga SPP, jika diberitkan dengan benar akan menarik perhatian kampus. “Tidak perlu ngeyel bercerita tantang anti-politikus sampai mulut berbusa”.

Inilah mengapa Grassroots Jurnalism hadir karena adanya kemauan. Logika yang salah jika medianya tidak ada maka jangan jadi jurnalis, yang benar adalah punya kemauan maka tak perlu jadi wartawan sekalipun asalkan mampu membuat media sendiri itu baru namanya jurnalis (Grassroots Media). Sekali lagi, oleh-oleh ini disampaikan pada masyarakat kampus khususnya mahasiswa yang berperan sebagai ‘agent of change’.


Oleh: Hugo Simbolon

HOTEL DAN LOSMEN NAIK HARGA JELANG LEBARAN

Hotel maupun Losmen di kota-kota wisata seperti Yogyakarta atau Bali merupakan tempat yang laris dan dicari. Lalu, bagaiman dengan keberadaan hotel dan losmen di kota lainnya? Kota Bumiayu contohnya. Kota ini merupakan Kota Kecamatan yang paling ramai di wilayah Brebes Selatan. Apakah hotel dan losmen di sini laris da dicari juga? Menjelang lebaran, hotel dan losmen di Bumiayu seakan “tersenyum”. Bisa dibilang, mereka bersiap menyambut tamu lebih banyak dari biasanya dan hal itu membuat mereka menaikkan tarif.

Salah seorang pengurus hotel Famili Baru yang berlokasi di Jl. Raya Bumiayu no. 227 mengaku bahwa tahun-tahun sebelumnya, menjelang Idul Fitri, hotel ini selalu kebanjiran peminat, mengingat lokasi hotel yang berada di tepi jalan raya. Biasanya yang menginap adalah para pemudik yang transit, untuk melepas lelah meskipun hanya semalam. Belakangan ini, sudah ada jalan alternatif yang membuat Jl. Raya Bumiayu (Jl. Pang. Diponogoro) tidak macet lagi saat menjelang Idul Fitri.

Jadi, banyaknya mobil pribadi yang melewati jalan tersebut tidak sepadat dulu, karena sebagian melewati jalur alternatif. Berkurangnya jumlah mobil pribadi yang melintasi jalur utama tentu saja berpengaruh pada jumlah penginap di Hotel Famili Baru. Biar begitu, moment hari raya umat Islam ini tetap saja menambag rejeki bagi hotel ini.

Hari-hari biasa, Hotel Famili Baru mematok tarif menginap yaitu berkisar antara Rp. 50.000 – Rp. 150.000/hari. Menjelang lebaran, kenaikkan harga mencapai 5-20 % dari harga standar. Hotel Famili Baru menyediakan sekitar 4 jenis kamar yaitu, kamar terkecil seharga Rp. 50.000 dengan fasilitas 2 bed, toilet; kamar seharga Rp. 60.000 memiliki fasilitas yang hampir sama dengan kamar terkecil. Kamar seharga Rp. 85.000 dilengkapi televisi. Sedangkan untuk kamar VIP dihargai Rp. 150.000/hari.

Pengurus hotel mengaku saat menjelang lebaran, penginap tidak hanya para pemudik yang transit, tapi juga keluarga yang memang berniat merayakan hari raya di Bumiayu, biasanya mereka orang asli Bumiayu yang merantau. Keran mereka membawa keluarga yang cukup banyak, maka hotel pun dijadikan pilihan.

“Hari-hari biasanya hanya sales saja yang mampir, rata-rata mereka sudah langganan...” ungkap pengurus hotel. Namun, menurutnya sesekali apabila ada hajatan, ada keluarga yang sering menginapkan tamu undangannya di hotel. Tentu saja tamu yang datang dari luar kota.

Tak jauh berbeda dengan Hotel Famili Baru, Losmen Tentrem Melati yang terletak persis di belakang Pasar Induk Bumiayu juga menaikkan tarif beberapa persen dari harga biasa. Harga standar di Losmen Tentrem Melati yaitu Rp. 40.000 – Rp. 60.000. Kamar paling sederhana seharga Rp. 40.000 memiliki 2 bed, tanpa kamar mandi di dalam kamar. Sedangkan kamar 2 bed ditambah kamar mandi dipatok tarif Rp. 55.000. Kamar dengan 3 bed dan kamar mandi dihargai Rp. 60.000. Pengelola losmen, Bapak Abdul Hayyi menuturkan kenaikkan harga biasanya dimulai seminggu sebelum lebaran. “Kami hanya menaikkan harga maksimal 50 %, padahal kota-kota lain seperti Tegal dan Jakarta kenaikkan sudah mencapai 100 %,” ungkap bapak yang masih terlihat sehat meskipun sudah berumur tersebut.

by Alty 2008

PROBLEMA ANAK KOST MENJELANG MASA ORIENTASI

Umumnya anak kost selalu memiliki bahan-bahan yang cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Karena umumnya mereka adalah orang-orang yang berada jauh dari lingkungan keluarga mereka sendiri. Jadi, mereka harus belajar mandiri untuk mengurus diri sendiri. Bukan hanya mengurus tubuh, mereka juga harus belajar menghemat, belajar jauh dari orang tua, dan sebagainya.

Hal seperti itu biasanya menjadi bahan pelajaran dasar bagi seorang Mahasiswa untuk mengenal bagaimana hidup jauh dari orang tua. Dan apa yang terjadi bila ada seorang Mahasiswa yang baru akan memulai masa kuliahnya mengalami hal ini? Sedangkan kehidupan keluarganya bisa dibilang pas-pasan, dia harus membagi uangnya untuk memenuhi kebutuhannya. Belum lagi biasanya mahasiswa baru itu harus melalui Masa Orientasi yang diberikan oleh kampus agar mereka bisa menjadi mahasiswa di universitas yang telah mereka pilih. Pada masa seperti itu, mereka umumnya ditugasi membeli barang-barang yang diperlukan untuk orientasi oleh panitia yang telah dibentuk. Akibatnya, banyak dari mereka yang harus makan satu hari sekali karena uang mereka kebanyakan dipakai untuk membeli barang-barang tersebut.

Namun itu semua bukan perhentian dari kehidupan, melainkan dijadikan pelajaran.

by Redian 2008

Pernikahan di Baduy

Pernikahan di Baduy merupakan sebuah proses serius di kalangan warga Baduy. Setelah menikah, keluarga baru ini harus sanggup memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, sebelum pernikahan ada serangkaian proses adat yang harus dijalankan calon mempelai laki-laki.
Ada tiga proses lamaran yang diajukan keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan. Lamaran pertama diajukan untuk mengungkapkan keinginan meminang anak perempuan. Setelah delapan bulan, lamaran kedua diajukan. Lamaran kedua merupakan bukti kesungguhan keluarga laki-laki menikah dengan anak perempuan keluarga itu. Selang lima bulan, lamaran ketiga diajukan, dan jika disetujui pernikahan dapat segera dilangsungkan.Ketiga lamaran ini harus dilalui oleh setiap warga Baduy, terutama di Baduy Dalam. Untuk Baduy Luar, banyaknya lamaran bisa kurang dari tiga kali. Selama masa lamaran ini, pinangan laki-laki masih mungkin ditolak. Selama masa lamaran, warga Baduy menjalani “bobogohan” atau yang kita kenal sekarang sebagai pacaran. Bobogohan merupakan saat perkenalan antara laki-laki dan perempuan yang akan menikah atau dinikahkan. Laki-laki mengunjungi perempuan, calon istrinya. Tetapi, kedatangan laki-laki ini tidak boleh sendiri. Ia harus datang bersama teman- teman laki-laki.
Di Baduy seorang laki-laki dan perempuan yang belum menikah tidak boleh terlihat berduaan.Selain itu, laki-laki harus membantu calon mertuanya bekerja di ladang. Orangtua perempuan akan menilai kerja calon menantunya, apakah layak untuk mendampingi putrinya kelak. Di Baduy keluarga baru harus menghidupi diri masing-masing dengan bekerja di ladang. Akan tetapi, tidak semua calon pengantin menjalani bobogohan. Anak-anak yang dijodohkan sering diberitahu dan dipertemukan pada hari upacara pernikahan berlangsung. Selain itu, warga Baduy memang tidak boleh menolak perjodohan yang dibuat orangtua. Sebelum lamaran pertama diajukan, puun harus mengetahui dan menyetujui rencana pernikahan ini. Puun juga ikut menentukan hari yang baik untuk menikah.
Dalam setahun, setiap puun hanya bisa menikahkan sampai enam pasang. Jika permintaan pernikahan lebih dari enam pada tahun itu, pasangan yang terakhir harus menunggu tahun berikutnya. Untuk menikah, mempelai laki-laki harus membawa perkakas dapur, seperti dandang, sepan (panci pengukus), atau tempat nasi yang disebut baris, dan uang yang jumlahnya tidak ditentukan. Peralatan dapur ini harus baru dan bisa diperoleh dari hasil keringat sendiri atau mengambil kepunyaan keluarga. Nantinya, alat-alat ini diserahkan kepada orangtua mempelai perempuan. Keluarga baru harus membeli sendiri perkakas mereka.
Pernikahan dilakukan secara sederhana. Baju yang dikenakan oleh mempelai tidak berbeda dari baju khas suku Baduy, hanya saja baju ini baru dan warnanya putih.Tidak ada resepsi di gedung-gedung. Yang ada hanya makan bersama di rumah setelah puun menikahkan pasangan itu. Seusai acara makan bersama, usai pula rangkaian upacara pernikahan. Pasangan baru ditinggalkan sendiri tanpa ada bekal apa pun sebagai laki-laki dan perempuan yang baru menikah.
Suku Baduy selama ini dikenal sebagai suku yang memegang teguh adat untuk melindungi diri dari pengaruh luar yang begitu kencang menerpa. Pernikahan suku Baduy adalah bentuk yang tak luput dari ketetapan menjalankan adat. Salah satu langkah yang ditempuh untuk menjaga adat ini dengan menjaga "kemurnian" warga Baduy, yaitu dengan menolak pernikahan di luar suku Baduy. Kebanyakan dari mereka menikah antarsepupu. Pernikahan boleh dilakukan antara warga Baduy dari kampung yang berbeda, termasuk antara Baduy Dalam dan Baduy Luar. Pasangan ini bisa memutuskan di mana mereka tinggal kemudian, tentu saja dengan persetujuan puun.
Perjodohan masih menjadi kebiasaan suku Baduy untuk mendapatkan pasangan bagi anak mereka. Beberapa keluarga, akhir-akhir ini mulai membebaskan anak mereka untuk memilih pasangan hidup masing-masing. Penentuan jodoh bagi anak hanya melibatkan ayah saja. Ibu (atau ambu dalam bahasa Sunda) jarang diikutsertakan. Anak pun jarang diajak berbicara tentang perjodohan ini. Warga Baduy yang masih muda belum boleh menikah. Sekitar tahun 80-an, umumnya perempuan Baduy menikah pada umur 15 tahun. Saat ini kebanyakan perempuan dilamar pada usia 18 sampai 20 tahun. Sementara untuk laki-laki, usia pernikahan di atas 20 tahun. Bahkan ada pula warga yang menikah pada usia 25 sampai 30 tahun. Bagi warga Baduy Dalam, pernikahan adalah sekali untuk seumur hidup. Mereka tidak mengenal perceraian. Perceraian hanya terjadi jika salah satu meninggal. Janda/duda yang ditinggalkan boleh menikah lagi. Proses yang harus ditempuh sebelum pernikahan adalah upaya untuk mendapatkan pendamping yang tepat demi kelanggengan pernikahan. Adapun Baduy Luar mengizinkan adanya perceraian tanpa kematian.

oleh boby ROSKA

Latar Belakang Tari “Ajat Temuai Datai” dari Kalbar

Latar Belakang “Ajat Temuai Datai” diangkat dari bahasa Dayak Mualang (Ibanic Group), yang tidak dapat diartikan secara lansung, karena terdapat kejanggalan jika diartikan kata per kata. Tetapi maksudnya adalah tari menyambut tamu, bertujuan untuk penyambutan tamu yang datang atau tamu agung (diagungkan).

Awal lahirnya kesenian ini yakni dari masa pengayauan (masa lampau), diantara kelompok-kelompok suku Dayak. Mengayau, berasal dari kata me-ngayau, yang berarti musuh (bahasa Dayak Iban). Tetapi jika mengayau mengandung pengertian khusus yakni suatu tindakan yang mencari kelompok lainnya dengan cara menyerang dan memenggal kepala lawannya. Pada masyarakat Dayak Mualang dimasa lampau para pahlawan yang pulang dari pengayauan dan menang dan membawa bukti perang berupa kepala manusia, merupakan tamu yang agung serta dianggap sebagai seorang yang mampu menjadi pahlawan bagi kelompoknya. Oleh sebab itu diadakanlah upacara “Ajat Temuai Datai”. Masyarakat Dayak percaya bahwa pada kepala seseorang menyimpan suatu semangat ataupun kekuatan jiwa yang dapat melindungi si empunya dan sukunya.

Menurut J, U. Lontaan (Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat 1974), ada empat tujuan dalam mengayau yakni: untuk melindungi pertanian, untuk mendapatkan tambahan daya jiwa, untuk balas dendam, dan sebagai daya tahan berdirinya suatu bangunan. Setelah mendapatkan hasil dari mengayau, para pahlawan tidak boleh memasuki wilayah kampungnya, tetapi dengan cara memberikan tanda dalam bahasa Dayak Mualang disebut Nyelaing (teriakan khas Dayak) yang berbunyi “Heeih!”, sebanyak tujuh kali yang berarti pahlawan pulang dan menang dalam pengayauan dan memperoleh kepala lawan yang masih segar. Jika teriakan tersebut hanya tiga kali berarti para pahlawan menang dalam berperang atau mengayau tetapi jatuh korban dipihaknya. Jika hanya sekali berarti para pahlawan tidak mendapatkan apa-apa dan tidak diadakan penyambutan khusus. Setelah memberikan tanda nyelaing, para pengayau mengirimkan utusan untuk menemui pimpinan ataupun kepala sukunya agar mempersiapkan acara penyambutan.

Proses penyambutan ini, melalui tiga babak yakni: Ngiring Temuai (mengiringi tamu ataupun memandu tamu) sampai kedepan Rumah Panjai (rumah panggung yang panjang) proses ngiring temuai ini dilakukan dengan cara menari dan tarian ini dinamakan Tari Ajat (penyambutan). Kemudian kepala suku mengunsai beras kuning (menghamburkan beras yang dicampur kunir/beras kuning) dan membacakan pesan atau mantera sebagai syarat mengundang Senggalang Burong (burung keramat/burung petuah penyampai pesan kepada Petara atau Tuhannya).

Babak yang kedua yakni Mancung Buloh (menebaskan mandau atau parang guna memutuskan bambu), berarti bambu sengaja dibentangkan menutupi jalan masuk ke rumah panjai dan para tamu harus menebaskan mandaunya untuk memutuskan bambu tersebut sebagai simbol bebas dari rintangan yang menghalangi perjalanan tamu itu.

Babak yang ketiga adalah Nijak Batu (menginjakkan tumitnya menyentuh sebuah batu yang direndam didalam air yang telah dipersiapkan), sebagai simbol kuatnya tekad dan tinginya martabat tamu itu sebagai seorang pahlawan yang disegani. Air pada rendaman batu tersebut diteteskan pada kepala tamu itu sebagai simbol keras dan kuatnya semangat dari batu itu diteladani oleh pahlawan atau tamu yang disambut. Babak keempat yakni Tama’ Bilik (memasuki rumah panjai).

Setelah melalui prosesi babak diatas, maka tamu diijinkan naik ke rumah panjang dengan maksud menyucikan diri dalam upacara yang disebut Mulai Burung (mengembalikan semangat perang dan juga mengusir roh jahat).

by smaLL-t (01.B.070804)

disunting dari anakatang.blogspot.com